Senin, 09 Maret 2009

guru..dan belajar mempercayai siswa

Minggu kemarin saya pergi ke Borobudur mengantar dua orang asing, satu dari Perancis dan yang satu lagi dari Bangladesh. Karena dari dua negara yang berbeda, penampilan merekapun berbeda. Yang dari perancis berkulit terang, bermata hijau keemasan, rambut pirang, hidung mancung dan tubuh jangkung. Pokoknya..bule abis. Nah yang dari Bangladesh, kulitnya gelap, rambut hitam, mata hitam,..pokoknya persis plek dengan orang kita yang berkulit gelap.
Begitu selesai membeli tiket, si Bangladesh complain: Kenapa harga tiket untuk wisatawan mancanegara sangat jauh lebih mahal daripada harga tiket untuk wisatawan lokal? (info: untuk orang asing, tiket masuk Borobudur seharga Rp. 125.000 sedang untuk wisatawan lokal seharga Rp. 6000). Sambil nggrundel dia bilang," It's crazy. Even to see Disneyland in America, the ticket is less expensive". Saya cuma bilang, "oya?". Masih dengan nada gak percaya, dia nerusin "Why did you pay less than us?". Untuk yang ini, dengan bangga saya bilang ,"Because I am Indonesian". He...he... Gak nyambung banget deh.
Di area candi, masih jauh dibawah, beberapa orang mulai ngajak si Perancis foto-foto. Baru jalan beberapa langkah, ada orang lain yang minta berfoto sama dia, lagi dan lagi. Mulanya sih dia seneng-seneng aja karena memang dia agak-agak narsis. Dia bergaya sambil cengar-cengir dan kadang tertawa lebar gak karuan. Tapi lama-lama dia capek juga. Si Bangladesh???? Dia bebas dari serbuan "penggemar" foto bersama orang bule!
Selain diajak foto bersama, si Perancis..eh Edward (saya panggil Edward karena wajahnya mirip pemeran Edward dalam film Twilight. Pas saya bilang begitu, dia hanya ngakak sambil bilang, "Hah!! Really??? But bagus..bagus..") juga diwanwancarai oleh siswa-siswi SMP. Mereka memang ditugasi oleh gurunya untuk mewawancarai orang-orang asing yang ada di Borobudur. Sebenarnya kegiatan ini sangat bagus karena memberi kesempatan pada para siswa untuk mempraktekkan bahasa Inggrisnya sekaligus berinteraksi dengan orang asing. Namun sayangnya yang terjadi kemarin, bukan si siswa yang mewawancarai si Edward, tapi gurunya!!! Jadi ketika si siswa mencoba bertanya pada Edward dengan segala keterbatasannya (susunan kalimat yang aneh, tenses yang salah dan terutama pronounciation yang parah) tapi Edwar gak juga menangkap apa maksud si penanya, bukannya si guru membetulkan si siswa, tapi dia langsung saja nanya hal yang sama ke Edward. Jadinya ....wawancara Guru dengan orang asing !! Si siswa cukup terbengong-bengong mendengarkan si guru bicara tanpa sedetikpun punya keberanian apalagi kesempatan untuk mempraktekkan bahasa Inggrisnya. Sayang!!! Kesalahan kecil yang dilakukan oleh guru namun mempunyai pengaruh besar: keberanian dan rasa percaya diri siswa.