Selasa, 05 Mei 2009

I want to eat Sumatera

Suatu ketika saya undang temen bule saya dari Eropa dalam suatu acara. Karena berakhir jam 12 siang, saya berencana mentraktir dia makan siang. Menunya sop, biar segar. Saya bilang,"Let's have lunch". Dia jawab"OK".
"How about having soup for lunch?" saya tanya.
"Well...I would rather not" jawabnya
"So, what do you want to eat?" saya tanya lagi
"I want to eat Sumatera" jawabnya mantap dengan wajah berseri-seri dan mata berbinar-binar.
".......???" saya terkaget-kaget
Setelah bengong beberapa saat, saya tanya dia,"Are you sure you want to eat Sumatera?" Saya tahu, yang dia maksud adalah makanan Padang. Yang bikin saya heran, biasanya bule-bule gak mau makan Padang karena gak tahan pedasnya. Tapi bule yang satu ini dengan gagah berani bilang," I am positif".
Jadilah kita pergi ke restoran Padang. Waktu si Uda yang jualan nanya mau makan apa, si bule bilang," yes, ..ini..ini..ini" sambil nunjuk ke daun singkong rebus, rendang (dengan sambalnya!!) dan kuah gulai.
Awalnya dia makan dengan lahap. Begitu pula saya. Sebagai penyuka makanan padang, menu saya persis punya dia plus sambal ijo banyak banget. Ditengah-tengah makan, mukanya mulai merah dan keringat mengalir deras di wajah dan tangannya. Berkali-kali dia teguk air putih.
Gak tega lihat penderitaannya, saya bilang,"You don't have to eat all the food in your plate if you feel hot".
Dia jawab,"It's bagus. I am OK" sambil nerusin makan. Ketika saya selesai makan, dia masih terus berjuang, menelan suap demi suap makanannya dengan wajah yang telah menjadi merah padam dan mulut mendesis-desis saking pedasnya. Minumnya dah habis sak jimbeng (jug). Saya liatin dia dengan penuh keprihatinan. Saya bilang," You know what my brother usually does when he feels hot after eating hot food? He will stick out his tongue above a bath tub like this (saya melet sambil kibas-kibasin tangan menghalau pedas di lidah)"
Gak mau kelihatan lemah, dia bilang," You know Endang, I think I have had enough food to eat. I am full now. I better stop eating".
Ha..ha..ha.. dasar!

Rabu, 29 April 2009

Rasanya baru kemarin.....

MAU PINSAN!!!
Pas berangkat ke kantor. Dijalan lihat banyak orang berkerumun.
oh my God. Jangan sampai itu hal yang kupikir telah terjadi. Please...please..please.. Tapi kali ini agaknya apa yang kupikir terjadi memang telah terjadi. Sialnya, whether I like it or not, aku harus lewat jalan itu -bahkan pas disamping kejadian itu- untuk sampai di kantor.
Kakiku tiba-tiba mengejang, kaku. Tubuhku gemetar. Nafasku sesak.
Ya Allah, jangan sampai aku pingsan, jangan biarkan aku mencelakakan mahluk lain dijalanMu ini.
Astaghfirullah ...Astaghfirullah...Astaghfirullah..
Terus kusebut namamu, kupinta kekuatan dariMu.
Rasanya baru kemarin semua hiruk pikuk itu, semua kehebohan dan kesedihan yang menyertainya.
Kadang-kadang rasanya tak tertahankan. Ketika seakan semuanya mulai memudar, kenapa aku mesti menyaksikan hal yang sama lagi????
Seakan ada yang merenggut hatiku, mencengkeram sukmaku.
Selebihnya kehilangan yang tinggal.

Senin, 06 April 2009

Bule kecele

Karena pekerjaan, saya sering kali harus berhubungan dengan bule: baik yang berkulit gelap maupun yang berkulit terang. Bule berkulit gelap adalah mereka yang datang dari negara-negara Asia atau Afrika, sementara bule yang benar-benar bule, adalah mereka yang datang dari Amerika atau Eropa. Keadaan ini kadang-kadang menyisakan cerita lucu nan menggelikan.
Saat ini, saya sedang punya 2 orang "momongan" (istilah saya untuk semua orang asing yng harus saya dampingi selama di solo). Satu dari Perancis (benar-benar bule dengan segala tanda-tandanya: mata hijau keemasan, rambut pirang emas, tubuh tinggi dan kulit pucat) dan satu lagi dari Bangladesh (kulit hitam legam, dan selebihnya gak ada bedanya dengan kita). Sering kali pas kita jalan bertiga kesuatu tempat, orang-orang mendekati si perancis: dari kenalan, ngobrol atau sekedar minta foto bersama. Apalagi pas di Borobudur, dia hampir-hampir gak bisa bergerak karena tiap meter ada saja orang yang menghampirinya. Sementara si Bangladesh?????? Jangankan ngajak foto, melirikpun orang-orang kita gak mau!! He..he...
jadinya tiap kali, dia mengeluh panjang pendek: kenapa tiap orang seperti tidak tertarik pada saya?? Kenapa tiap orang hanya menyapa dia??? Kirain orang Indonesia seneng ketemu sama orang bule. Ha....????

Senin, 09 Maret 2009

guru..dan belajar mempercayai siswa

Minggu kemarin saya pergi ke Borobudur mengantar dua orang asing, satu dari Perancis dan yang satu lagi dari Bangladesh. Karena dari dua negara yang berbeda, penampilan merekapun berbeda. Yang dari perancis berkulit terang, bermata hijau keemasan, rambut pirang, hidung mancung dan tubuh jangkung. Pokoknya..bule abis. Nah yang dari Bangladesh, kulitnya gelap, rambut hitam, mata hitam,..pokoknya persis plek dengan orang kita yang berkulit gelap.
Begitu selesai membeli tiket, si Bangladesh complain: Kenapa harga tiket untuk wisatawan mancanegara sangat jauh lebih mahal daripada harga tiket untuk wisatawan lokal? (info: untuk orang asing, tiket masuk Borobudur seharga Rp. 125.000 sedang untuk wisatawan lokal seharga Rp. 6000). Sambil nggrundel dia bilang," It's crazy. Even to see Disneyland in America, the ticket is less expensive". Saya cuma bilang, "oya?". Masih dengan nada gak percaya, dia nerusin "Why did you pay less than us?". Untuk yang ini, dengan bangga saya bilang ,"Because I am Indonesian". He...he... Gak nyambung banget deh.
Di area candi, masih jauh dibawah, beberapa orang mulai ngajak si Perancis foto-foto. Baru jalan beberapa langkah, ada orang lain yang minta berfoto sama dia, lagi dan lagi. Mulanya sih dia seneng-seneng aja karena memang dia agak-agak narsis. Dia bergaya sambil cengar-cengir dan kadang tertawa lebar gak karuan. Tapi lama-lama dia capek juga. Si Bangladesh???? Dia bebas dari serbuan "penggemar" foto bersama orang bule!
Selain diajak foto bersama, si Perancis..eh Edward (saya panggil Edward karena wajahnya mirip pemeran Edward dalam film Twilight. Pas saya bilang begitu, dia hanya ngakak sambil bilang, "Hah!! Really??? But bagus..bagus..") juga diwanwancarai oleh siswa-siswi SMP. Mereka memang ditugasi oleh gurunya untuk mewawancarai orang-orang asing yang ada di Borobudur. Sebenarnya kegiatan ini sangat bagus karena memberi kesempatan pada para siswa untuk mempraktekkan bahasa Inggrisnya sekaligus berinteraksi dengan orang asing. Namun sayangnya yang terjadi kemarin, bukan si siswa yang mewawancarai si Edward, tapi gurunya!!! Jadi ketika si siswa mencoba bertanya pada Edward dengan segala keterbatasannya (susunan kalimat yang aneh, tenses yang salah dan terutama pronounciation yang parah) tapi Edwar gak juga menangkap apa maksud si penanya, bukannya si guru membetulkan si siswa, tapi dia langsung saja nanya hal yang sama ke Edward. Jadinya ....wawancara Guru dengan orang asing !! Si siswa cukup terbengong-bengong mendengarkan si guru bicara tanpa sedetikpun punya keberanian apalagi kesempatan untuk mempraktekkan bahasa Inggrisnya. Sayang!!! Kesalahan kecil yang dilakukan oleh guru namun mempunyai pengaruh besar: keberanian dan rasa percaya diri siswa.

Sabtu, 21 Februari 2009

Those brave women

Beberapa bulan yang lalu, pagi hari, di kantor. Tiba-tiba temenku bilang," Mbak, aku mo nikah". Respon spontanku, "Hei..I am happy to hear that. Selamat". Aku bener-bener seneng dengar berita itu. Setelah cipika cipiki, kami lanjutkan obrolan sambil mengerjakan tugas-tugas rutin.
Aku : Orang mana?
Dia : Orang sisni aja
Aku : Oya? Wah seneng dong, gak jauh, gak repot kalau besokpulang mudik lebaran. He..he.. cerita dong tentang dia.
Dia : Gak tahu!! Aku aja belum pernah lihat orangnya.
Aku : Ha!!??? yang bener!?
Dia : iya.
Aku : Lho kok bisa?
Temenku lalu cerita kalau yang mempertemukan dia dengan calon suaminya itu Kyai mereka.Ta'aruf, istilahnya. Ya,salig lihat bio data yang berisi data-data pribad, visi dan misi (kayak organisasi/isntitusi aja...), tujuan hidup,tujuan berkeluarga, dsb, dsb. Setelah membaca segala sesuatu tentng si cowok itu, temenku setuju untuk "dipertemukan" dengan si cowok. Jangan bayangkan bertemu muka alias face to face istilah Thukul. Mereka saling mencari tahu apakah ini orang yang mereka cari. Karena ternyata bnyak kecocokan, temenku langsung bilang OK. Baru dia kasih tahu keluarganya bahwa dia sudah menemukan seseorang dengan siapa dia mo menghabiskan seluruh sisa hidupnya (Ohhh...).
Terus terang, dia bukan orang pertama yang aku kenal yang menikah dengan cara Ta'aruf seperti ini, tapi dia orang pertama yang begitu terbuka menjelaskan how the system works.
Kesanku??? Aku pikir para perempuan yang memutuskan untuk menikah engan seseorang yang belum pernah mereka temui adalah great-risk-takers. Mereka para perempuan pemberani. HEBAT. Hanya ada satu semangat dalam dada mereka: how to make the marriage successful. It must work well. Tak ada keragan sedikitpun di hati mereka: Inilah orang yang sudah Allah SWT jodohkan kepada mereka.
Kini temanku telah menikah selama beberapa bulan. Setiap hari aku selalu melihat mukanya berseri-seri, dalam setiap obrolan kami terselip cerita tentang suaminya (dengan matanya yang bersinar penuh cinta!!!) dan dia terlihat semakin bahagia.
I am happy for her, one of those brave women.

Kamis, 19 Februari 2009

Kejarlah daku....

Diawal-awal kerja, saya tinggal di sebuah kamar kost. Segala milik saya ada di dalam kamar itu, termasuk sebuah aquarium dimana saya memelihara dua ekor ikan mas koki plus seekor ikan sapu-sapu untuk menjaga kebersihan dinding aquarium.. Saya tempatkan aquarium itu di kaki tempat tidur karena saya senang mendengarkan suara gemercik air yang kata para spikolog bisa membuat kita relax, bisa membuat debar jantung melambat, dan bisa menyehatkan secara mental. Tapi bagi saya, hal itu mengingatkan pada desa saya, pada gemericik suara air di saluran irigasi di belakang rumah (dan karena mepet pet dengan kamar, maka itulah nyanyian nina bobo saya waktu kecil).
Kembali ke aquarium. Setiap kali pulang kerja, kira-kitra jam 9 malam, hal pertama yang saya lakukan adalah telungkup di kasur sambil memperhatikan dan memberi makan ikan-ikan didalam aquarium itu. Dari kegiatan itu, ada satu pelajaran hidup yang saya dapatkan. Jauh sebelum itu sebenarnya saya sudah sering mendengar nasehat dari orang-orang yang lebih tua. Jika kita tidak mendapatkan yang kita inginkan, mereka sering berkata : Yah..belum rejeki kamu. Atau ketika kita ragu apakah proyek/bisnis kita akan lancar, mereka sering bilang: Kalau memang rejekimu, pasti segalanya akan lancar. Semacam mantra untuk menyatakan Don't worry, everything has been taken cared of by HIM. Jadi gak perlu nggege mongso (kata Alm. Presiden Suharto), gak perlu khawatir. Saya tidak begitu memahami hal itu, juga gak benar-benar peduli denga semua kata-kata tersebut sampai saya melihat ikan sapu-sapu di aquarium saya.
Pernah lihat ikan sapu-sapu makan? Belum??? Sekedar ilustrasi, ini nih yang terjadi pas ikan sapu-sapu makan: Mulutnya yang lebar banget itu menempel pada kaca aquarium, secara ritmis dan konstan membuka dan menutup. Alhasil, kadang-kadang makanan yang tepat diatas/disamping/dibawah mulutnya gak bisa masuk. Padahal secara nyata, sepertinya, secara teori, dia tinggal membuka mulut, dan makan itu secara otomatis akan jatuh kedalamnya. Tapi nyatanya??? Gak selalu begitu. Kadang-kadang ada yang masuk mulutnya, kadang-kadang malah terlempar jauh dari mulutnya. Melihat itu setiap hari jadi menimbulkan kesadaran dalam diri saya. Kadang kita telah berusaha sekuat tenaga, dengan segenap usaha dan doa tapi hasilnya rejeki itu gak ketangkap juga. Kadang gak ada angin gak ada hujan. Gak ada usaha yang kita lakukan. Bahkan terpikirkanpun tidak. Tapi tiba-tiba seseorang ngasih kita amplop (katanya untuk sesuatu. Padahal waktu kita mengerjakan kegiatan itu kita gak pernah berharap dapat imbalan uang), tiba-tiba seseorang ngasih proyek dengan dana gede.
You know, since then on, I slow down a little bit in cathing anything that I want to catch. Yang pasti usaha, hasilnya....? Toh sudah ada yang mengatur.
Just remember ikan sapu-sapu when you feel down.

Jumat, 30 Januari 2009

Lesson from my Mom

Hari-hari hujan begini paling menyusahkan. Bukan hanya masalah tanah becek, udara super dingin, banjir (Alhamdulillah daerah saya gak kena), namun juga masalah kecil yang menyusahkan : cucian yang gak kering.
Itu juga yang terjadi waktu saya pulang ke mudik ke rumah ibu saya. Beliau tunggal di kaki gunung Sumbing. Musim penghujan begini matahari gak pernah muncul atau kalaupun muncul cuma 1 sampai 2 jam saja. Sehingga cucian belum tentu kering dalam 5 hari. Maklum, dirumah ibu saya, segala macam pakaian, seprai, handuk dsb dicuci secara manual, dikeringkan dengan air masih menetes-netes dan mengandalkan sinar matahari. Bisa dibayangkan kerepotan yang ditimbulkannya: bau apak, baju yang menumpuk, seragam yang belum siap pakai ketika dibutuhkan.
Seandainya saja Ibu saya mau menggunakan mesin cuci, mungkin keadaannya tidak akan begitu menyedihkan. Cucian-cucian beliau akan lebih cepat kering dengan bantuan mrsin pengeringnya. Tak kurang-kurang kakak-kakak saya membujuk beliau untuk membeli mesin cuci, tapi beliau keukeuh pada pendiriannya. Omelan (he..he..) semua anaknya tidak mempan. Sampai akhirnya kita semua, anak-anaknya, berencana mo beliin mesin cuci. Ketika beliau tahu rencana kita, bukannya beliau senang,...dengan nada agak tajam beliau bilang, " Aku gak mau beli mesin cuci bukan karena masalah uang. Hanya saja kalau aku beli mesin cuci, gimana Sumini mo nyekolahkan anaknya?". Oh..Ibu, betapa.... Sumini adalah tetangga kami yang bertugas mencuci pakaian ibu. Dia gak punya siapa-siapa untuk menghidupi dirinya sendiri dan menyekolahkan anaknya di SMA.

Senin, 26 Januari 2009

Suamiku (kadang-kadang) dokter, tentara...pelaut

Tinggal sendirian diperumahan kadang-kadang menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian wanita, begitu pula bagi saya. Tahu kan..tiba-tiba suka ada salesman kompor gas yang tanpa ba bi bu langsung masuk dapur, atau penjual ABATE yang memaksa kita beli atas nama kelurahan atau dinas kesehatan, atau orang-orang dengan potongan "preman" yang maksa kita beli stiker partai tertentu, atau kalender organisasi kepemudaan tertentu. Pokoknya...ngeriii deh. Ngeri kalau kita gak mau beli trus kita diapa-kan, gitu, ngeri jangan-jangan sambil "dagang" dia juga liat-liat situasi rumah kita untuk lain kali datang lagi pas kita gak dirumah n dia bawa harta benda kita alias nyuri barang-barang kita.
Untuk menghadapi itu semua, kita mesti kreatif dan pintar menciptakan imej. Lho...emamnhmya perusahaan, atau calon caleg?? he..he..
Suatu siang, ada orang yang ketuk-ketuk pintu kenceng banget. Belum hilang kaget saya karena terbangun dari tidur, saya bukakan pintu, dan tambah kaget karena orang yang datang (2 orang bapak-bapak) langsung menggiring saya ke dapur trus langsung ngomong segala macam hal yang bertujuan agar saya beli selang pengaman, katup dll yang harganya selangit. Tapi yang menakutkan adalah bahasa tubuhnya. You know-lah, intimidating. Tapi alih-alih menunjukkan rasa takut, dengan santai saya bilang," Wah saya masak aja gak pernah pak". Dia ngejar,"Gak pernah? Lha gimana anak dan suaminya makan?". Saya bilang,"Itulah enaknya pak. Suami saya sedang perang, jadi saya gak perlu masak?" Dia ngejar lagi," Lho, emang suami ibu kerjanya apa?". Saya selalu berpendapat, kalau mo bo'ong ya sekalian aja, yang keren, gitu. Maka saya bilang,"Tentara Pak. Perwira. Jadi, meskipun suami saya gak ada, tapi anak buahnya selalu datang ngirim makanan ke saya. Enak kan pak jadi istri perwira". Langsung kedua orang itu angkat kaki. Hi..hi...
Lain hari, ketika sales ABATE ngeyel, saya bilang,"alah pak, ngapain saya beli ABATE. Lha wong suami saya itu dokter. Tiap kali dia bawa pulang ABATE". Manjur...si penjual langsung pergi.
Namun pengalaman ini yang membuat saya sangat-sangat terkejut. Ceritanya saat itu , pompa air dirumah macet, sehingga saya ngundang tukang untuk memperbaiki. Lha kok si bapak ini genit banget. Masak sambil cengar-cengir gak jelas dia bilang," Bu, kalau ditinggal suami apa gak kesepian? Kalau dia melaut itu berapa lama?". Hah....maksudnya...

Rabu, 14 Januari 2009

Pembunuhan karakter

Aku ingat betul hari itu. Jam 8 pagi dan aku sedang mengajar kelas 4. Ada sekitar 50 anak-anak usia 8-10 tahun didepanku. Kami belajar tentang "clothing" waktu itu: nama-nama pakaian (dalam bahasa Inggris), warna, dan sebagainya. Setelah menerangkan bagaimana berceritera tentang pakaian yang kita pakai saat itu, aku minta anak-anak untuk berfikir, mengingat-ingat pakaian yang mereka pakai saat itu untuk selanjutnya aku minta untuk bercerita di depan. Dengan antusias, anak-anak melakukan apa yang saya minta. Kelaspun jadi sunyi senyap. Tiba-tiba ada anak yang tunjuk jari sambil manggil namaku. Rupanya dia mo nanya. "Miss, celana dalamnya juga?" . Aku"????" Mendengar pertanyaan itu, ada dua hal yang terjadi (1) aku yang setengah mati menahan ketawa,dan (2) serempak wajah-wajah 50 anak memandangku dengan rasa ingin tahu, penasaran. Mereka semua menenti jawabanku. Melihat betapa seriusnya wajah mereka,aku jadi sadar, jika aku tadi benar-benar tertawa, maka aku sudah membunuh karakter rasa ingin tahu anak, jiwa yang berani mengutarakan pikirannya. Karena jika aku ketawa maka, (1) anak-anak akan merasa aku orang paling aneh sedunia, kok ditanya gitu malah ketawa kaya orang gila aja, atau (2) siswa yang bertanya akan merasa sangat malu karena aku tertawakan. Lain waktu,pasti dia akan merasa gak enak untuk bertanya, tidak hanya pada aku,tapi mungkin pada guru-guru lain, atau parahnya pada orang lain.
Kalau dipikir-pikir lagi, hari itu aku telah menyelamatkan jiwa bebas, yang mudah-mudahan bisa berkembang. Selamanya.

Minggu, 11 Januari 2009

Inikah wajah kita????

Saya punya murid. Saya tahu dia seorang yang religious. Itu kelihatan dari kata-katanya, tingkah lakunya dan kegiatan keagamaannya. Dalam berpendapat, dia selalu menggunakan kata-kata yang cerdas dan santun, mengutarakannya dengan jernih ndan tenang, tidak pernah meledak-ledak. Dia adalah jenis murid yang akan disukai oleh guru manapun dan apapun. Menurut saya dia adalah seseorang yang berperilakju bagus dan berakhlak bagus pula.
Sampai suatu sore, saya bertemu dan ngobrol sama dia. Saya tanya,"Jadi, apa kesibukan anda sekarang?". Dia jawab,"Yah..nyambi-nyambi jualan buku". "Buku apa?" saya tanya. Buku-buku murah Miss. Ya ada Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, Sang Pemimpi...banyaklah. Pokoknya tembakan buku-buku laris-lah". "Ha??? Bukannya itu ilegal?" saya tanya. "Iya sih, tapi banyak orang yang beli lho. Kan murah. Banyak kok mahasiswa yang beli. Kan untung saya" "Bukannya itu haram? Tidak sayang sholatnya? 40 hari sholat gak ada artinya lho" Saya bilang. "Gimana ya, saya butuh uangnya" dia bilang. Akhirnya kita ngebahas panjang lebar masalah ini, dengan dia tetap keukeuh menjalankan bisnis ini. Satu hal yang membuat saya benar-benar prihatin, ketika dia bilang,"ya.. semua orang juga melakukan hal yang sama Miss. Saya tahu ini haram, saya tahu ini ilegal ("makanya jangan sampai ketahuan yang berwajib", dia bilang), tapi saya kan dapat uang lumayan. Lagian semua orang melakukannya".
Inikah potret anak muda kita?? Apakah mereka begitu karena kita-kita yang lebih tua yang mereka contoh?? Jadi.....inikah wajah kita??? Saya jadi khawatir, jangan-jangan memang seperti itulah kita. Membutakan mata, mematikan hati hanya karena uang dan karena orang lain melakukannya.